Jumat, 28 Desember 2018

PENTINGNYA MEMAHAMI CARA BELAJAR


PENTINGNYA MEMAHAMI CARA BELAJAR
RISA HARISATULMILLAH

Kedudukan ilmu sangatlah tinggi. Dengan ilmu Allah memperlihatkan kehebatan Nabi Adam AS atas para malaikat dan memerintahkan mereka agar bersujud kepada beliau[1].Rasulullah SAW bersabsda : “menuntut ilmu hukumnya fardlu bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan”. Kewajiban tersebut menguatkan betapa ilmu memilki peran sangat penting. Sebagai  contoh,  melaksanakan salat merupakan salah satu kewajiban setiap muslim. Maka, wajib bagi setiap muslim memiliki ilmu yang berkaitan dengan salat.[2]
Ilmu tidak bisa dibeli dengan uang, Kita harus menjadi hambanya ilmu supaya kita bisa mendapatkannya. bahkan seorang genius pun harus menundukkan kepalanya terhadap ilmu agar ilmu tersebut bisa dipelajarinya. Saya pernah mendengar cerita suami dari cucu pak Habibie yang menceritakan tentang perjuangan Pak Habibie untuk bisa bersekolah diluar negeri. Pak Habibie terkenal sebagai orang yang sangat genius yang bisa membuat pesawat terbang. Tapi perlu kita ketahui perjuangan sebelum bersekolah di luar negeri beliau harus belajar tiap hari. Beliau hanya tidur dua jam dalam sehari. Inilah yang membuktikan kedudukan ilmu sangatlah tinggi hingga orang genius pun tetap harus belajar.
Sekarang, banyak pelajar terpaksa belajar hanya karena mengugurkan kewajiban harus belajar. Mereka belajar hanya agar sama dengan teman seusianya. Niat untuk mengerti apa yang dipelajari saja mereka tidak mempunyai. Yang penting dia hanya bersekolah menuruti keinginan orang tuanya dan mengganggap sekolah bagaikan tempat bermain yang bisa berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain bersama atau sekedar berbagi cerita.
Tujuan Pendidikan juga seolah tergantikan. Bukan untuk mencerdaskan pelajar, melainkan mendapatkan nilai tinggi. Banyak para orang tua yang menganggap nilai akademis yang terpenting, sehingga para pelajar dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi. Inilah salah satu faktor beberapa pelajar yang datang ke sekolah hanya ingin dianggap lumrah dengan teman sebayanya. Beberapa   pelajar tersebut banyak yang tak percaya diri karena mendapatkan nilai rendah. Meraka mengecap bahwa belajar adalah hal yang sangat membosankan. Mereka  beranggapan bahwa sekeras apapun mereka belajar tetap saja ia akan mendapatkan nilai rendah. Padahal hal yang terpenting dalam belajar adalah bagaimana cara belajar.
Banyak juga pelajar yang tekun akan tetapi gagal menggapai manfaat dan buahnya ilmu  karena mereka salah jalan dan mengabaikan persyaratan yang tidak lain adalah cara belajar, padahal siapapun yang salah jalan pasti tersesat dan gagal mencapai tujuan.[3]. Inilah yang melatar belakangi syaikh Az Zarnuji memberi judul kitabnya Ta’limul Muta’allim Thariqat Ta’allum yang berarti pelajaran bagi pelajar/  penuntut ilmu akan jalannya/caranya belajar[4]
Banyak pelajar yang tidak mengerti akan pentingnya cara belajar. Padahal hal itulah yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Jika pelajar tidak mengerti cara belajar seakan-akan para pelajar tersebut didorong masuk ke dalam kolam renang tanpa diajarkan bagaimana cara berenang. Beberapa dari pelajar-pelajar tersebut mampu belajar  mengayuh dan berhasil, tetapi akan lebih banyak pelajar yang tenggelam.
Hal  inilah yang mendasari sekolah bisnis di Bruklyn pada minggu pertama dari kurikulum enam minggu,  digunakan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan belajar yang mendasar seperti cara mencatat,  menghafal dan membaca cepat. Sekolah ini juga pada saat yang bersamaan berupaya menciptakan suasana aman dan penuh kepercayaan diantara murid dan instruktur. Sehingga para pelajar mampu berkata seperti ini, “Sekolah ini memberikan bekal lebih banyak dari pada menghabiskan waktu empat tahun di kampus”. [5]
Berdasarkan pengamatan  buku Bacakilat For Students, para pelajar harus menanggung beban berat yakni dengan banyaknya kegiatan yang harus dijalani seperti bersekolah, mengerjakan tugas atau PR dari guru, ekstrakulikuler, kursus dan lain-lain. [6] Pelajar dituntut untuk belajar secara singkat, efektif, dan efisien namun dengan hasil maksimal. Oleh Karena itu pelajar membutuhkan cara belajar untuk memanfaatkan waktu yang singkat namun hasil maksimal [7]
Masih banyak pelajar yang menutup mata tentang cara belajar. Mereka hanya belajar pada saat akan ulangan, itu pun menggunakan SKS (Sistem Kebut Semalam), mereka tidak mengerti dengan cara meningkatkan motivasi, cara berfikir positif, gaya belajar dan lain-lain.
Cara belajar adalah kunci untuk mengembangkan prestasi dalam pekerjaan, di sekolah,  maupun dalam keadaan antarpribadi. Rita Dumn, seorang perintis dibidang gaya belajar, telah menemukan banyak factor yang mempengaruhi cara belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor fisik, factor emosional, factor sosiologis, dan factor lingkungan. Misalnya sebagian orang dapat belajar dengan cahaya yang terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang redup. Ada orang yang belajar paling baik secara kelompok, sedangkan yang lain memilih belajar individu adalah cara yang terbaik dalam belajar. Sebagian  orang memerlukan music sebagai latar belakang,  namun ada juga yang tidak bisa berkonsentrasi jika lingkungan tidak sepi.
Di beberapa sekolah dasar dan lanjutan di Amerika, para guru meyakini benar bahwa setiap  oeang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka memahami bahwa setiap murid harus diajarkan cara-cara yang berbeda dari metode mengajar standar. Jika murid diajar dengan cara yang standar, berpeluang kecil mereka dapat mengerti apa yang dipelajarinya. Dengan mengerti gaya belajar yang berbeda para guru dapat mendekati semua murid dengan cara yang berbeda-beda.[8]

Apa yang terjadi di Amerika tersebut karena di sana telah ada pembagian kelas sesuai dengan tipebelajar siswa. Siswa dikelompokkan berdasarkan cara belajar mereka. Maka bila  anak itu  kelas 7, maka ada kelas 7 audio, kelas 7 visual, kelas 7  kinestetik dll.
Beda dengan Indonesia yang pembagian kelas berdasarkan prestasi akademik dan non kademik. Maka memaksakan guru untuk memberikan cara belajar yang disesuaikan dengan kecenderungan tipe belajar siswa tidak mungkin. Apalagi jumlah siswa melebihi  kapasitas kelas. Dalam kondisi pembelajaran semacam itu, guru hanya mungkin melakukan sesuai dengan dugaan guru tentang kecenderungan banyaknya sisiwa kelas tersebut pada satu tipe belajar.
Yang aneh, setiap pelatihan guru, banyak pemateri yang mengharapkan guru untuk melakukan pendekatan yang berbeda dalam  gaya mengajarnya dalam  rangka memenuhi  kebutuhan  individu siswa. Maka bila  hal  itu ingin dilakukan, maka lakukanlah pembagian kelas berdasarkan tipe belajar. Bila hal ini tidak mungkin, maka alternatifnya adalah guru konseling memberikan arahan kepada siswa berkaitan  dengan tipe belajar yang cocok  untuk setiap  siswa.
 Hal ini agar siswa mampu belajar secara individu disesuaikan dengan  kecenderungan tipe belajarnya. Dengan cara ini, walaupun siswa belum  mendapatkan layanan pembelajaran  yang sesuai dengan  tipe belajarnya, namun secara individu ia mampu melakukan belajar sesuai dengan tipe belajarnya  sehingga proses belajar yang siswa lakukan  lebih efektif dan menyenangkan.
Cara belajar seseorang merupakan  gabungan dari bagaimana ia menyerap,  mengatur dan mengolah informasi. Cara belajar adalah hal yang sangat penting yang harus dipahami setiap pelajar. Karena cara belajarlah yang mempengaruhi seseorang dalam proses belajar. Setiap sekolah diharuskan memberi pengetahuan tentang cara belajar. Jika tidak, para pelajar akan kesulitan dalam menuntut ilmu. Pendidikan pun tidak bisa mencapai tujuannya.

Nama   : Risa Harisatulmillah
Kelas   : PGMI 2B
NIM    : 1703096051
UIN WALISONGO SEMARANG
Tinggal  di  Buntet Pesantren  Cirebon



[1] Aliy As’ad, terjemah ta’limul muta’allim, Kudus: menara kudus , 2007. Hal 8
[2] Aliy As’ad, terjemah ta’limul muta’allim, Kudus: menara kudus , 2007. Hal 4
[3] Aliy As’ad, terjemah ta’limul muta’allim, Kudus: menara kudus , 2007. Hal 1
[4] Aliy As’ad, terjemah ta’limul muta’allim, Kudus: menara kudus , 2007. Hal 2
[5] Bobbi Deporter dan Mike Hernacki,Quantum Learning : unleashing The Gunius In You,terj. Alwiyah  Abbdurrahman  (Bandung:kaifa, 2016) hal 8
[6] Bobbi Deporter dan Mike Hernacki,Quantum Learning : unleashing The Gunius In You,terj. Alwiyah  Abbdurrahman  (Bandung:kaifa, 2016) hal X
[7] Agus Setiawan dan Juni Anton, Bacakilat For Students : The Smart Learning Startegy, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016)hal XX
[8] Bobbi Deporter dan Mike Hernacki,Quantum Learning : unleashing The Gunius In You,terj. Alwiyah  Abbdurrahman  (Bandung:kaifa, 2016) hal 110


MENGAJAK BERFIKIR SISWA DALAM BERAGAMA


MENGAJAK BERFIKIR SISWA DALAM BERAGAMA
Munib Rowandi Amsal Hadi
Guru Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti SMP Negeri 6 Kota Cirebon

Guru  Agama  Islam, belakang ini sering  dituduh menjadi salah satu penyebab munculnya kecenderungan sifat intolerans dan radikal yang ada pada siswa.  Tuduhan tersebut, satu sisi menunjukkan bahwa betapa berpengaruhnya guru Pendidikan Agama Islam sehingga dengan jumlah yang relative sedikit, mampu mmpengaruhi sebagian besar siswa di sekolah tersebut.   Namun di sisi lain, betapa nistanya guru PAI yang mengajarkan intolerans dan radikal yang sejatinya sama  sekali tidak dibenarkan oleh agama Islam.
 Perlu diketahui, ruang kelas bukanlah ruang sepi. Ruang kelas penuh dinamika dan dialektika.  Siswa sebagai bagian dari masyarakat, sering kali mendialogkan hal-hal yang terjadi di sekitar lingkungannya di  dalam kelas. Dialog tersebut menunjukkan bahwa siswa ingin menfilter informasi yangdidapatnyan di luar sekolah.  Banyak hal  yang ingin didapatkan siswa dari dialog tersebut. Siswa mendialogkan berbagai hal biasanya karena ia masih ragu pada apa yang ia dapatkan, sehingga ia ingin penguat dari guru. Bisa juga karena hal itu baru ia dengar, ia ingin pendapat dari guru. Tapi bisa saja yang ia peroleh dari lingkungan sangat bertentangan dengan apa yang ia peroleh dari gurunya.
Untuk menjawab apa yang menjadi persoalan siswa tersebut, paling tidak seorang guru harus menjawabnya dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu jawaban harus bersifat  normative,  aplikatif dan tidak destruktif.  Yang dimaksud bersifat  normative adalah, guru dalam menjawab pertanyaan harus berdasarkan norma atau ketentuan-ketentuan atau materi ajar  yang sudah diajarkan,  karena, menurut dugaan saya, hal inilah  yang menguatkan guru sering mejadi rujukan bagi  para siswa. Guru,  dianggapoleh siswa   tidak memiliki kepentingan selain menyampaikan hal  yang baik dan benar  yang didasarkan pada keilmuan. Kekuatan ini pula, yang kadang membuat siswa lebih memilih mengikuti pendapat guru daripada pendapat orang tuanya. 
Bersifat aplikatif, maksudnya adalah guru dalam memberikan jawaban disesuaikan dengan kemempuan siswa dan dapat membantu menyelesaikan masalahnya (solutif) sehingga siswa mampu mengaplikasikan apa yang ia terima dari gurunya dalam  kehidupan sehari-hari. Dan bersifat tidak destruktif artinya jawaban tidak menimbulkan ekses negatif pada saat diaplikasikan. Dengan jawaban yang diterimanya, siswa menjadi bagian dari masyarakat yang menciptakan kedamaian. Bila saja tiga hal tersebut menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam mengarahkan dan memberikan pelajaran pada siswa, saya kira guru bukanlah factor dari sekian banyak factor yang menyebabkan siswa memiliki sifat intolerans dan radikal. Justru guru menjadi filter dari situasi yang tidak baik yang berada di luar ruang kelas.  
Sebagai contoh misalnya,  pada saat muncul perdebatan tentang salat jum’at di Monas. Seorang siswa bertanya pada saya  apakah ada pendapat yang membolehkannya, karena  yang ia peroleh dari membaca  buku, juga dari keterangan yang diperoleh dari guru bahwa salat jum’at haruslah ditempat yang sudah biasanya.   Dengan prinsip tiga hal tersebut, maka saya sampaikan bahwa sampai saat ini belum pernah menemukan  jawaban selain yang sudah dijelaskan. Dan sebuah tindakan hanya boleh dilakukan bila telah diperoleh dasar yang kuat. Sebelum ditemukan dasar yang kuat, maka sebaiknya jangan dulu dilakukan. Dengan jawaban tersebut, saya berharap siswa tidak  melakukan hal-hal yang tidak  berdasar, tapi sekaligus menghormati  orang yang berbeda karena boleh jadi orang tersebut telah memiliki prinsipnya.
MengajAK bERFIKIR
Persoalaan di kelas, kadang sangat sepele. Namun karena tidak bisa menyelesaikan dengan baik, siswa menjadi bermasalah.  Suatu hari, saat belajar tentang iman kepada malaikat Allah, saya mengajak kepada siswa agar mampu meniru fungsi malaikat. Saya membagi siswa dalam sepuluh kelompok sesuai jumlah  malaikat yang harus diketahui.  Setiapsiswa harus mampu meniru prilaku malaikat sesuai bagiannya yang dituangkan dalam tulisan.   Tiba-tiba beberapa siswa terjadi cekcok yang menjurus pada adu fisik. Setelah dimintai penjelasan, ternyata persoalannya, siswa yang Kebagian no 9 atau malaikat Malik, tidak mau dan memaksa untuk menukar dengan temannya yang kebagian no 10 atau malaikat Ridwan. Ia menjelaskan tidak ada yang bisa ditiru dari sifat malaikat Malik. Ia penjaga neraka. Tidak ada orang yang senang padanya.  Sifatnya  kejam, selalu bermuka bengis, tidak senyum. Sementara malaikat Ridwan sangat disenangi orang karena menjaga pintu surga , selalu senyum dan tampak  sangat ceria dan ramah.
Mendengar jawabaan tersebut, saya memberikan apresiasi dan memujinya sekaligus menjelaskan bahwa setiap orang pasti tidak senang dengan kekerasan, kebengisan dan kekejaman. Namun sifat malaikat Malik  tersebut sebetulnya hanya menguatkan bahwa tugasnya adalah melarang orang masuk  ke neraka. Itu saja. Apabila pelarangan   itu akan kamu lakukan dengan cara malaikat Ridwan, tentu sangat baik. Melarang  oranag masuk neraka dengan ramah, sopan dan penuh ceria, tentu  sangat disenangi oleh orang. Dan kamupun berhasil menjadi orang yang berjasa karena mampu mencegah  orang masuk neraka.
 Begitupun sebaliknya, bagi yang kebagian no. 10 atau malaikat Ridwan yang mengajak orang masuk surge harus dengan ramah dan  sopan, sesuai sifat malaikat Ridwan. Tapi apabila  bila mengajak ke surge dengan cara malaikat Malik, atau dengan kekerasan, kejam dan keji, tentu tidak  akan disukai. Orang pasti akan sangat tidak  nyaman  dan yang dihawatirkan justru orang akan semakin menjauh dari surge karena membenci caranya yang kasar dan bengis. Mendapat penjelasan tersebut, ahirnya percekcokan dapat diatasi dan siswa belajar lembali dengan baik.
Memasuki bulan Desember di tahun ini, ruang kelas diramaikan  dengan diskusi tentang perayaan natal dan tahun baru. Bagi siswa yang telah terbiasa hidup dengan  siswa yang berbeda agama, tentu menjadi masalah ketika muncul berbagai pandangan yang melarang mereka  untuk mengucapkan selamat hari natal dan juga larangan merayakan tahun baru. Persoalan itu mereka kemukakan di kelas. Tentu untuk menjawabnya, sangatlah hati-hati. Kehati-hatian tersebut  dimaksudkan agar jawaban yang diberikan tetap memiliki kekuatan hokum (normatif), aplikatif dan tidak destruktif, juga tidak menyinggung perasaan  bagi siswa yang beragama Nasrani  maupun yang beragama Islam. Dalam pelajaran agama  Islam, walaupun yang beragama  Non Islam dipersilahkan untuk tidak mengikuti,  namun nyatanya banyak juga yang tetap dikelas.
Untuk menjawab persoalan diatas, saya sampaikan,  hampir semua agama telah menyepakati tata cara toleransi dalam beragama adalah dengan tidak  ikut campur dalam keyakinan mereka, termasuk tidak mengikuti ibadah atau ritual agama orang lain.  Bahasa ini lebih mudah difahami siswa dan tidak bersifat destruktif dari pada pernyataan yang sering tertulis diberbagai sumber belajar yang menyatakan bahwa dalam hal beragama tidak ada toleransi. Pernyataan tersebut  biasanya didasarkan pada pernyataan: Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS. Alkafirun:6). Padahal  apa yang dimaksud ayat tadi, bisa saja disampaikan dengan menyatakan bahwa cara toleransi beragama menurut ajaran Islam adalah untuk tidak salaing mencampuri dalam  urusan agama.
Lalu bagaimana dengan larangan mengucapkan  selamat natal? Dengan tetap menghormati  pendapat yang telah berkembang selama ini, saya menyelesaikan  persoalan ini dengan mengajak siswa berfikir.  Saya sampaikan, biasanya, ucapan selamat itu diucapkan untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain? Misalnya,  kita mengucapkan selamat ulang tahun pada tema kita, berarti yang ulang tahun kita atau  teman  kita? Tentu teman  kita. Ini menunjukkan bahwa orang yang mengucapkan selamat itu pastilah orang lain. Bukan  pelaku. Wong edan  kalau ada orangmengucapkan selamat pada diri sendiri.  Maka  mengucapkan selamat pada teman yang beragama Nasrani menguatkan bahwa kita adalah Muslim. Selain sebagai orang Muslim, kita juga menunjukkan bahwa kita mengakui bahwa  Negara Indonesia ini mengesahkan beberapa agama resmi, salah satunya adalah agama nasrani, tanpa ikut campur pada keyakinan mereka. Ucapan selamat hanya untuk mempererat hubungan pertemanan.
Kalender Sebagai Produk budaya
Lalu, apakah boleh merayakan Tahun Baru? Mengapa tidak? Sejak ratusan tahun Indonesia sudah menggunakan kalender masehi. Ada banyak kalender yang dikenal di Indonesia, selainkalender masehi, juga dikela kalender hijriah, kalender jawa dan  kalender china. Orang-orang dulu, secara kreatif telah memadukan kalender masehi dengan kalender hijriyah, maka muncullah nama bulan dengan menggunakan nama januari, februari dan seterusnya yang diambil dari kalender masehi, namun untuk hari diambil deri kalender hijriyah sehingga muncullah hari Ahad, Senin, Selasa, rabu, Kamis, jum’at dan Sabtu. Selain itu, kalender juga dipadu dengan tahun jawa sehingga muncullah istilah legi, pon, kliwon, pahing dan wage. Maka saya kira kalender yang ada di Indonesia telah melalui proses perpaduan yang bukan lagi murni kalender masehi.
Orang-orang tua dulu, tidak pernah mempermasalahkan  kalender tahun masehi   karena melihat kalender  sebagai produk budaya  yang berfungsi untuk menandai tahun, bulan dan hari. Hampir sama dengan dokter yang menyelamatkan seorang ibu hamil dengan menggunakan cara  opersi cessar, atau kita mengetik mempergunakan laptop. Semua adalah produk budaya manusia yang dapat kita manfaatkan untuk membantu manusia. Maka terlepas dari sejarah terbentuknya kalender masehi, atau siapa yang menemukan operasi cessar dan laptop, produk-produk budaya tersebut tidaklah beragama. Produk tersebut hanyalah sebuah alat atau sistem yang tidak akan mempenagruhi kepercayaan atau agama seseorang. Maka, tidak  serta merta orang yang menggunakan  kalender hijriyah lalu masuk Islam. Begitupun orang yang menggunakan kalender masehi, tidaklah serta merta masuk  Kristen.
Ketika  ahir tahun dan menghadapi awal tahun, wajar saja bila kita merasa senangsebagai  ungkapan syukur kepada Allah  karena telah melewati tahun kemarin dengan baik dan berharap serta memohon kepada Allah agar tahun depan dapat diisi dengan baik pula. Bagaikan siswa yang baru menerima  raport dan dinyatakan naik, tentu bolehlah merasa senang.  Tapi tentu, perayaan harus dilakukan dengan cara-cara yang positif. Selamat tahun baru. Semoga kita semua sukses. Amiin.





 













Selasa, 05 Juni 2018

KEKERABATAN DALAM ANCAMAN


KEKERABATAN  DALAM  ANCAMAN
MUNIB ROWANDI AMSAL HADI
Kekerabatan,  kekeluargaan dan pertemanan yang merupakan fondasi bersatunya masyarakat dan terciptanya kedamamain  dalam masyarakat,  kini oleh beberapa  “penipu” sedang dibidik sebagai media yang ampuh untuk melancarkan kejahatannya. Berbagai rekayasa penipuan seperti biro perjalanan umrah, koperasi, investasi dan berbagai macam bentuk  investasi    yang lain yang mengarah pada kejahatan dengan mengumpulkan dana dari masyarakat, menjadi  bukti nyata bahwa mereka memanfaatkan  nilai-nilai tradisional masyarakat tersebut untuk menjalankan kejahatannya.
Kekerabatan,  kekeluargaan,  pertemanan dan sifat kohesivitas lainnya, merupakan nilai tradisional yang merekatkan satu individu dengan individu yang lainnya sehingga terjalin kemesraan dalam masyarakat. Kemseraan yang menumbuhkan kekuatan yang hebat dalam menghadapi berbagai  persoalan yang ada pada masyarakat. Kohesivitas dalam masyarakat terbentuk karena berbagai sebab, di antaranya adalah karena hubungan persaudaraan (klan), karena hubungan  perkawinan, karena hubungan  ketetanggaan, karena hubungan kerja (profesi), karena hubungan pertemanan, karena hubungan guru–murid dan  karena hubungan  yang lainnya. Berbagai hubungan tersebut terjalin di tengah masyarakat dengan perekat utamanya adalah saling pengertian dan menumbuhkan saling percaya di tengah masyarakat.
Sifat saling pengertian dan saling percaya, menumbuhkan  sifat-sifat kerekatan  yang lainnya, semisal: saling melindungi, teposeliro, saling menghormati,  ewuh pakewuh, saling memaafkan, menghindari  konflik, dan sifat kerekatan positif lainnya. Namun  sifat kerekatan  positif tersebut, justru dilihat oleh”penipu”sebagai  media yang untuk melancarkan  niat jahatnya.
Menurut Hsu dan Koentjaraningrat (1990) manusia timur, termasuk Indonesia, secara otomatis telah tersedia  kebutuhan  yang sangat mendasar dari  kebutuhan  manusia yaitu lingkungan karib.  Lingkungan karib, menurut Koentjaraningrat (1990), satu sisi bernilai positif di sisi lain berdampak  negative. Bernilai positif karena kekerabatan merupakan kebutuhan  yang sangat pokok bagi  masyarakat yang secara otomatis  telah terpenuhi. Bangsa Indonesia tidak perlu lagi  mencari lingkungan karib. Lingkungan sekitarnya dengan  kerekatan telah membuatnya menjadi nyaman, dan mampu menjadi penolong pertama ketika mengalami berbagai  kesulitan. Budaya Indonesia telah secara otomatis menyediakan lingkungan karib.
Sisi negatifnya, menurut Koentjaraningrat (1990), karena  kebutuhan  pokoknya berupa lingkungan karib telah terpenuhi, maka  masyarakat  tidak memiliki  sikap gigih, tekun dan  ulet. Berbeda dengan orang Barat yang budayanya tidak menyediakan  lingkungan  karib, maka ia mencari lingkungan  karib di luar. Bila tidak berhasil, maka mereka melakukan apa saja agar mereka merasa bermanfaat. Bila  tidak terpenuhi juga, maka tak   segan mereka menjadikan binatang seperti anjing atau binatang lainnya,  untuk menggantikan lingkungan  karib mereka. Kegigihan  keuletan  dan  ketangguhan orang Barat dalam  memperjuangkan  sesuatu adalah sebagai upaya untuk mencari pengganti dari  lingkungan  karib yang tidak mereka dapatkan.
Peluang Kejahatan
Dua sisi  positif dan  negative  karena tersedianya  lingkungan karib,  oleh beberapa “penipu”dijadikan kesempatan untuk  meraup  keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Lingkungan karib yang dibangun dengan  saling pengertian dan saling percaya, menumbuhkan  saling melindungi, teposeliro, saling menghormati,  ewuh pakewuh, saling memaafkan, menghindari  konflik, dan sifat kerekatan positif lainnya,  justru dilihat oleh”penipu”sebagai  media yang tepat untuk melancarkan  niat jahatnya. Disisi  lain, sifat malas, ingin  cepat kaya dengan tanpa  susah dan sifat lainnya yang ditimbulkan  dari indahnya lingkungan karib juga peluang bagi penipu untuk  melancarkan kejahatannya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh  sebuah lembaga Koperasi CS Kota Cirebon   yang bergerak  di bidang koperasi simpan pinjam. Koperasi CS menawarkan produk kredit sepeda motor bagi  para anggotanya. Dalam program tersebut, bila  seseorang telah melunasi pembayaran  kredit tersebut, maka ia akan mendapatkan satu motor baru  tambahan. Program ini  tentu tidaklah masuk akal.  Maka siapapun tak akan percaya. Namun karena yang menjadi  penghubung dengan koperasi tersebut adalah rekan kerja, teman dekat bahkan  saudara, maka banyak orang yang tertarik.  Dengan sedikit dirasionalkan, walaupun tetap  tidak rasional, para penghubung koperasi  itu berhasil menarik  para anggota yang notabene adalah teman, rekan dan  kerabatnya sendiri. Dan memang bias ditebak. Setelah uang muka ( DP) dibayar, maka taka ada satupun dari mereka yang memperoleh  sepeda motor dan  uangnyapun tak kembali.
Para “penipu investasi” mengetahui betul bahwa kerekatan atau kekerabatan akan memuluskan  kejahatannya,  karena para korban  akan mempercayai orang-orang yang menawarkan program  koperasi yang notabene adalah kerabat, rekan  kerja bahkan saudara sendiri, walaupun  program itu tidak masuk akal. Kepercayaan  terhadap rekan, teman sekantor atau  malah  saudara, telah menghilangkan  kecurigaan para korban untuk  berfikir kritis.   Itulah yang membuat para korban masuk  dalam  jaringan. 
Beberapa pengamat social banyak berpendapat bahwa banyak korban yang masuk  dalam jerat investasi penipuan tersebut  karena melihat harga yang murah atau untung yang besar dalam waktu  singkat. Pendapat tersebut bias jadi benar, namun menurut pengamatan saya, banyaknya korban itu karena  ajakan  teman,  rekan kerja atau  malah saudara. Kepercayaan yang diborekkan  pada pengajak (seponsor) itulah yang membuat banyak korban  terperdaya.
Para “penipua investasi” menyadari  bahwa apa yang ia  lakukan akan membuat kecewa para korban. Tapi para penipu tersebut mengetahui betul  tentang prinsip  kerekatan para korban dengan pengajak (seponsor), maka para korban tidak  mungkin akan melapokan  persoalan ini  pada polisi. Rasa tidak ingin  mencelakai, teposeliro, saling menghormati,  ewuh pakewuh, dan menghindari  konflik cenderung lebih dipertimbangkan. Maka para korban  cenderung diam.
Fenomena Biro Umrah
Penipuan  berkedok Biro perjalan Umrah terus terungkap, baik yang bersekala nasional maupun local. Penipuan  ini merupakan penipuan  yang sudah direncanakan dan dilakukan secara massif. Bila  dilihat dari  aspek kekerabatan, penipuan  ini bukan hanya menghancurkan  kekerabatan karena keturunan atau karena rekan  kerja, tapi merusak  kerekatan  hubungan antara guru murid atau tokoh agamai dengan ummatnya.
Seperti halnya  yang dilakukan oleh sebuah biro umrah FT. Dengan hanya empat belas  juta rupiah, seorang dapat melaksanakan  umrah. Menurut Wiyadi,  seorang pengelola Biro Umrah, harga tersebut tidak masuk akal. Karena tiket satu kali jalan tujuan Arab Saudi saat itu kisaran enam juta. Bolak balik  berarti dua belas juta.  Sisa dua juta tidak mungkin  untuk membiayai  makan, penginapan dan  kebutuhan umrah lainnya.
Saya kira, apa yang menjadi  pertimbangan  Wiyadi tersebut, juga menjadi  pertimbangan masyarakat pada saat memilih biro umrah. Namun apa yang menjadi persoalan tersebut  telah  dipikirkan  matang-matang oleh para penipu.  Untuk meluluskan  niat jahatnya, pengelola biro akan  memberangkatkan orang-orang yang dianggap  memiliki  pengaruh, baik tokoh masyarakat ataupun tokoh  agama. Dan tokoh agama relative banyak  dipilih. Mereka dalam perjalan umrah  mendapatkan layanan  yang istimewa. Segala sesuatunya diservis dengan baik. Setelah  mereka pulang  ke kampong, masyarakat akan dating berkunjung untuk minta doa dan bertanya banyak hal, termasuk bertanya melalui  biro umrah apa para tokoh  agama  itu berangkat umrah dan bagaimana pelayanannya.
Bisa kita duga setelah itu. Pastilah banyak  orang yang tertarik  untuk umrah  lewat biro tersebut. Keraguan  telah  berubah menjadi  keyakinan karena telah dibuktikan oleh tokoh agama atau tokoh masyarajat yang mereka percayai. Maka  bisa di bayangkan  ketika para pengikut  tokoh agama itu tidak berangkat karena ditipu, kerekatan terhadap tokoh agama menjadi  berkurang, bahkan berubah menjadi keretakan yang terselubung. Walaupun tidak  tampak kekecewaan  mereka  terhadap tokoh agama,  karena menjaga kekerabatan dan kerekatan guru murid, namun secara laten banyak  masyarakat yang mulai mengendorkan hubungan  dengan tokoh masyarakatnya  atau para tokoh agamanya. Kepercayaannya tidak  lagi utuh. Dan pendangkalan kepercayaan  masyarakat terhap  tokoh  masyarakat dan tokoh agamanya, kini  sedang berlangsung secara massif. Maka persoalan  Biro Umrah yang gagal memberangkat para jamaah hajinya, bukan hanya persoalan  administrative, tapi  yang paling berbahaya adalah menghancurkan  kerekatan anatara tokoh agama dengan muridnya. Maka kejahatan  yang telah mereka lakukan perlu diganjar dengan balasan yang setimpal. Balasan yang membuat mereka jera.
Untuk  menghindari kejadian serupa, OJK sebagai  lembaga pengawas keuangan dan kemenag yang  memiliki  kewenangan dalam mengeluarkan izin operasional Biro  Umrah, harus bekerja ekstra, paling tidak, lembaga keuangan harus selalu  diawasi oleh  OJK. Begitupun  Biro Umrah harus selalu  diawasi  dan selalu dalam pantauan  kemenag.
Memberikan  arahan  dan  penjelasan kepada masyarakat tentang lembaga  keuangan yang sehat dan baik  serta Biro  Umrah yang legal, adalah upaya  yang patut dilakukan. Tapi, mengawasi lembaga keuangan dan  Biro Umrah secara terus menerus dan  menindak dengan tegas lembaga keuangan yang nakal dan Biro Umrah  yang digunakan  untuk menipu, adalah   tindakan  yang tepat dan  lebih efektif.

MUNIB ROWANDI AMSAL HADI
Staf Pengajar STIT Buntet Pesantren Cirebon

Rabu, 23 Mei 2018

KH. NAHDUDDIN ROYANDI ABBAS PEJUANG EKONOMI RAKYAT


KH.  NAHDUDDIN ROYANDI  ABBAS
PEJUANG EKONOMI RAKYAT
Munib Rowandi Amsal Hadi *

Pada sore kamis, berita meninggalnya KH. Nahduddin  Royandi Abbas tersebar melalui  akun facebook KH. Ghozy Mujahid,  keponakan KH. Nahduddin Royandi Abbas yang jugatinggal di  London. Berita tersebut tentunya membuat duka seluruh warga dan simpatisan  Pondok  Buntet Pesantren. Ucapakan bela sungkawa yang disampaikan lewat WA, facebook  PondokBuntet Pesantren terus  mengalir. Kiai Nahduddin Royandi Abbas meninggal di Bernet Community Hospital London pada rabu sore tanggal 25 April 2018. Menurut rencana akan dikebumikan di Buntet Pesantren Cirebon pada hari Ahad  tanggal 29 April  2018.
Bagi masyarakat yang pernah bertemu dan ngobrol  dengan Mbah Dien, panggilan akrab KH Nahduddin Abbas, pastilah amat terkesan pada caranya ia menemui masyarakat. Kepeduliannya terhadap wong cilik dan tidak  membeda-bedakan serta terbuka kepada siapa saja, itulah kesan  pertama  bagi siapapun yang bertemu  dengan  Mbah Dien. Sikap ini persis seperti sikap ayahnya,  Kiai Abbas, yang selalu  menghormati siapapun.
Mbah Dien, sejak tahun 2007 memimpin Pondok Buntet Pesantren Cirebon setelah sepeninggal kakaknya Kiai Abdullah Abbas. Dikalangan masyarakat,  Mbah Dien tidak  seterkenal kakaknya Kiai Abdullah Abbas yang masuk  dalam jajaran Kiai Khos. Hal ini karena Mbah Dien tinggal di London Inggris,  sehingga jarang statemennya muncul di media massa. Selain itu, Mbah Dien tidak terlibat dalam gegran  politik. Mbah Dien tidak pernah menyampaikan pernyataannya tentang politik,  wacana yang selalu  diusung olehnya  adalah upaya mensejahterakan masyarakat lewat ekonomi dan  pendidikan.
Santri Kelana
KH. Nahduddin Royandi Abbas adalah  putra terahir Kiai Abbas Abdul Djamil, pahlwan sepuluh November dari Pondok Buntet Pesantren. Ia lahir pada tahun  1933. Banyak orang menjuluki MbahDin  dengan   santri kelana. Julukan ini  disematkan  kepadanya   dikarenakan Mbah Dien terus  berkelana mencari ilmu dan ahirnya menetap di London Inggris. Mbah Din sejak kecil mendapat didikan  langsung dari ayahnya Kiai Abbas, selain didik  langsung oleh ayahnya, Mbah Din juga belajar di  MI dan MTS di lingkungannya sendiri yaitu di Buntet Pesantren Cirebon. Tamat dari  MTS , Mbah Din  melanjutkan  pendidikan di Lirboyo Kediri. Selepas dari Kediri, Mbah Din melanjutkan  SMA di Jakarta sambil bekerja pada perusahaan ekspor hewan hidup.
Sebagaimana tradisi pesantren yang sudah dilakukan oleh  para pendahulunya , yaitu belajar di Arab, maka Mbah Din pun  setelah lulus dari SMA   melanjutkan  pendidikan ke Arab Saudi. Di  sana  Mbah Din belajar  dibeberapa guru diantaranya adalah belajar pada Syeikh Yasin Padang dan Syeikh Hamid Albanjari.  Namun selain  belajar,  Mbah  Din juga bekerja di  KBRI Jeddah. Hal ini  dilakukan Mbah Din sejak   tahun 1957 sampai dengan tahun 1962. Pada musim haji, Mbah Din  sering diberi tugas khusus oleh KBRI, yaitu ditugaskan sebagai Kepala  Perwakilan  KBRI  di Kota Madinah.
Bila  para pendahulunya , setelah selesai belajar di Arab Saudi, biasanya lalu pulang ke Buntet Pesantren untuk  mengembangkan ilmunya dan membantu meningkatkan mutu pendidikandi Pesantren, serta  meneruskan  kepemimpinan para pendahulunya. Namun Mbah Din malah memilih  untuk   pergi ke Inggris dan bekerja  di KBRI London. Di KBRI   London ia  bekerja di bagian Ekonomi. Hal  ia  lakukan  sejak tahun 1963.
 Ketika berada di London, keinginan kuatnya  untuk  menuntut  ilmu  terus  membara. Maka Setelah setahun  berada di  London, pada tahun 1964,  ia tumpahkan gairah belajarnya itu dengan memasuki perguruan tinggi. Mbah Din  belajar di London University dari tingkat  diploma sampai   postgraduate dengan jurusan ekonomi internasional dan sejarah internasional. Lalu Mbah Din meneruskan belajar pada UCL University of North London derngan mengambil jurusan ekonomi perdagangan. Di perguruan yang sama, Mbah Din mengambil postgraduate pada jurusan ekonomi pembangunan.
Sebagai seorang santri, Mbah Din tidak lupa  terus memperkenalkan Islam Indonesia di London. Islam yang ramah  dan Islam  rahmatanlilalamin. Gerakannya  ini dikukuhkan dengan ikut serta mendirikan NU cabang istimewa London.  Di NU cabang istimewa London ini,  Mbah Din menduduki jabatan sebagai  musytasar. Kedudukan ini  ia jabat sejak Nu Cabang istimewa London  didirikan sampai sekarang.
Bank Tanpa  Bunga
Keinginan Mbah Din  untuk mensejahterakan  masyarakat sangatlah besar. Maka wajar saja  bila Mbah Din  selalu berupaya untuk  belajar tentang hal-hal  yang berkaitan dengan ekonomi. Selama  mudanya,  ketika ia  hidup di  London, pendidikan yang ia ambil cenderung berkaitan dengan  ekonomi. Kepedulian Mbah Din terhadap  masyakarakat kecil,  merupakan  didikan dari ayahnya  yaitu  Kiai  Abbas Abdul Djamil. Sebetulnya, hampir seluruh anak Kiai  Abbas, yaitu Kiai Mustahdi, Kiai Mustamid dan  Kiai Abdullah dan Kiai Nahduddin,  dididik oleh Kiai Abbas untuk  peduli dan peka pada masyarakat,  terutama wong cilik. Maka, hampir semua  putra Kiai Abbas sangat peduli pada masyarakat, teruma  wong cilik.
Selain  peduli  pada masyarakat, Kiai  Abbas juga mengajarkan perlunya mensejahterakan masyarakat melalui gerakan ekonomi. Kiai Abbas sendiri  terlibat langsung pada gerakan organisasi  dagang Sarekat Dagang Islam (SDI). Persekutuan  para pedagang  ini didirikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warganya,  terutama masyarakat yang memiliki usaha batik. Kiai Abbas menjadi penasehat SDI  pada saat  SDI  dipimpin  oleh KH. Samanhudi, yang juga muridnya sendiri.
Ketertarikan Mbah Din  pada peningkatan ekonomi  masyarakat bukanlah hal  aneh, karena ia dididik oleh Kiai Abbas agar mampu mensejahterakan masyarakat lewat gerakan ekonomi. Apa yang ditanamkan oleh ayahnya,  kiai Abbas, dibuktikan oleh  Mbah Din dengan upayanya untuk  memajukan  Pondok Buntet Pesantren dibidang pendidikan  yang berbasis ketrampilan dan  lembaga-lembaga keuangan yang mampu mensejahterakan masyarakat. Kini dalam kepemimpinannya, di Buntet Pesantren telah berdiri SMKNU Mekanika, Lembaga Keungan Mikro (LKM) dan Toko Buntet Mart  serta  Sekolah Tinggi  Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Cirebon.

Selain upaya kongkrit yang sudah dilakukan, Mbah  Dinjuga sering melontarkan gagasan  yang manarik, diantaranya adalah gagasan  yang dilontarkan  oleh  Mbah Din  pada saat  ia   diundang oleh  BI  untuk menyampaikan gagasannya tentang ekonomi. Pada saat  itu   Mbah Din  menyodorkan alternative menabung tanpa  bunga. Mbah  Din memberikan salah satu solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk umat Islam yaitu   investasi dalam jumlah tertentu tanpa bunga, tapi diberi kemungkinan untuk mendapatkan hadiah utama atau bonus yang cukup menarik., sehingga diharapkan akan banyak umat  Islam yang tertarik untuk menabung.  Dengan  cara ini, umat Islam akan  tertarik untuk menabung dan mengejar target  menabungnnya karena tertarik pada bonus atauu  hadiah. Dan bila  uang telah  terkumpul  banyak, tentunya  akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai modal. Di Inggris,  menurut MbahDin,  cara itu disebut “premium bond”, yang dilaksanakan dan dikelola oleh badan Negara   khusus.
Keseriusan  Mbah  Din dalam  menggagas ekonomi  rakyat, juga terlihat dari keseriusannya setiap kalimembahas tentang kesejahteraan rakyat. Ia seringkali mengingatkan  kepada santri  dan teman diskusinya dan  ini ia  lontarkan ketika berbicara atas nama  pesantren agar umat Islam serius dalam menangani masalah kesejahteraan  masyarakat lewat peningkatan ekonomi  masyarakat. Keseriusan ini  sejalan dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi  dalam menangani  ekonomi  masyarakat, juga karena tinggkat urgensinya.   Menurut Mbah Din,  mengatur atau memanage  bidang ekonomi keuangan  adalah merupakan separuh dari masalah kehidupan. Maka dalam merencanakan persoalan ekonomi harus melalui  feasibility study, yaitu proses yang terncana dan terukur serta dapat diduga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan  datang. Karena masalah ekonomi  ini adalah separuh masalah hidup, maka penanganannya  harus ekstra serius,terencana dan terukur.  Mbah Din juga mengingatkan pada  lembaga keuangan agar ketika memberikan loan atau pinjaman  harus tepat sasaran. 
Demikian beberapa  hal singkat berkaitan dengan Mbah Din. Kini ia  telah tiada. Banyak hal yang sudah ia lakukan untuk  umat ini. Walau jarak yang jauh, antar London dan Cirebon, namun karena ketulusanmu, kami semua, masyarakat dan  para santri  terasa sangat dekat denganmu. Kala pagi, saat engkau berada  di  Buntet Pesantren, setelah engkau  melaksanakan salat subuh, para santri dan   masyarakat dengan mudah dapat bertemu dan bercengkrama  denganmu. Engaku menyalami kami dengan tulus dan  mendengarkan ocehan kami  dengan sabar. Selamat jalan Mbah  Din… selamat jalan ekonom santri. Kami jadi saksi atas pergulatan  dan  perjuanganmu….  Selamat jalan….. semoga engkau  mendapatkan ampunan  dari Allah dan Allah berkenan menempatkan  engkaun di tempat yang indah.  Tempat di sisiNya. Amien.

·      Munib Rowandi  Amsal Hadi
Sekretaris Bidang Pendidikan
YLPI Buntet Pesantren Cirebon





KH. NAHDUDDIN ROYANDI ABBAS SANTRI KELANA


KH. NAHDUDDIN ROYANDI ABBAS
SANTRI KELANA
OLEH.: Munib Rowandi Amsal Hadi
Berita meninggal KH. Nahduddin Royandi Abbas sesepuh Pondok Buntet Pesantren, sangat mengagetkan  keluarga besar Pondok Buntet Pesantren. Berita mengagetkan pertama diterima oleh masyarakat Buntet pesantren  dari  akun facebook KH. Ghozy Mujahid,  keponakan KH. Nahduddin Royandi Abbas yang juga tinggal di  London. Berita tersebut tersebar pada sore hari pada hari rabu tanggal 25 April 2018. Pengurus  Pondok Buntet Pesantren Cirebon baru mengumumkan kematian Kiai Nahduddin Royandi Abbas secara resmi pada malam hari, sekitar pukul 21:00.
KH. Nahduddin  Royandi Abbas memang dua minggu sebelumnya tersebar berita sedang mengalami sakit dan masuk  di ruang  intensive pada rumah sakit Bernet Community Hospital di London Inggris. Bahkan sempat tersiar informasi bahwa kondisi Kiai Dudin, begitu masyarakat biasa memanggilnya, mengalami kritis. Kesehatan Kiai Dudin menurun tersebar sejak  dua bulan sebeum kematiannya. Pada peringatan  Haul Pondok Buntet Pesantren pada tanggal  7 April 2018 juga Kiai Dudin tidak dapat pulang ke  Buntet Pesantren. Biasanya, tiga bulan sebelum haul, Kiai Dudin sudah berada di Buntet Pesantren.
Santri kelana
Kiai Duddin adalah putra terahir Kiai Abbas Abdul Jamil. Ia diangkat menjadi sesepuh Pondok  Buntet Pesantren menggantikan kakaknya, Kiai Abdullah Abbas, pada tahun 2007. Kiai Duddin sejak tahun 1963 menetap di  London Inggris sampai sekarang.   Karena  menetap di Inggris itulah banyak orang menjuluki Kiai Duddin dengan santri kelana. Kiai Duddin berkelana mencari ilmu sejak masih muda.
Pendidikan awal Kiai Duddin diperoleh dari kedua  orang tuanya. Kiai Duddin didik oleh kedua orang tuanya di Pondok Buntet Pesantren  yang dipimpin oleh ayahnya Kiai Abbas. Selain mendapat didikan langsung oleh kedua orang tuanya, Kiai Duddin juga mengenyam pendidikan  di MI Wathoniyah Putra Buntet Pesantren. MI Watoniyah Putra didirikan oleh KH. Abbas pada tahun 1928. Pada saat itu Kiai Abbas menggelorakan semangat pendidikan untuk seluruh masyarakat dengan gerakan “Ibnul Wathan”. Penanaman kecintaan terhadap Negara melalui  pendidikan digagas dalam rangka mempersiapkan anak bangsa untuk merebut kemerdekaan dan bersaing dalam memajukan kesejahteraan rakyat.

Setelah lulus dari MI, Kiai Duddin melanjutkan sekolah di MTS  di lingkungan Buntet Pesantren. Pendidikan dasar ini hampir harus dilalui oleh sebagian besar warga Pondok Buntet Pesantren,  terutam putra-putra Kiai. Selepas MTS, Kiai Duddin melanjutkan  belajar di  Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Pondok pesantren  ini didirikan oleh Mbah Manaf dan ikut serta dalam pendirian  pondok  ini ayah Kiai Duddin yaitu Kiai Abbas. Konon pada saat itu, wilayah sekitar pondok Lirboyo masih banyak orang jahat yang selalu mengganggu kegiatan pengajian  yang dilangsungkan di  Pondok Lirboyo, sehingga untuk  mengamankan kegiatan di Pondok tersebut, Mbah  Manaf meminta bantuan Kiai Abbas yang terkenal digjaya. Bahkan Kiai Abbas sempat mengajar di sana pada saat pertama kali  pondok ini  baru berdiri.
Mbah Manaf sudah berkenalan lama dengan Kiai Abbas. Pertemuan  keduanya terjadi  pada saat keduanya belajar pada  Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Hasyim Asy’ri  sendiri pondok pesantren atas saran Kiai Abdul Jamil, ayah Kiai Abbas. Kala itu, pada saat Kiai Abdul Jamil berada  di Makkah, dan mengikuti halaqah (kumpulan diskusi) di sana, ia melihat salah seorang anak muda yang sedang memipin halaqah yang dinilai oleh Kiai Abdul Jamil  cukup  cakap dan  mupuni  ilmunya, pemuda itu bernama Hasyim Asy’ari . Maka Kiai  Abdul Jamil  menyarankan agar Kiai Hasyim Asy’ari nanti sepulang ke Indonesia agar mendirikan pondok pesantren.
Namun  permintaan Kiai Abdul Jamil tersebut tidak langsung disambut dengan baik. Kiai Hasyim  Asy’ari malah balik bertanya pada Kiai Abdul Jamil, jika nanti dirinya mendirikan pondok pesantren  siapa yang mau nyantri?. Kiai Abdul Jamil dengan tegas menjawab bahwa nanti yang akan menjadi santrinya adalah anak-anaknya. Maka pada saat Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren, Kiai Abdul Jamil  mengirim putra-putranya untuk belajar pada Kiai Hasyim Asy’ari. Saat itulah Kiai Abbas Abdul Jamil bertemu dengan Mbah Manaf.
Pulangdari  Lirboyo, Kiai Duddin meneruskan berkelana ke Jakarta. Di Jakarta ia melanjutkan  pendidikan tingkat SMA sambil bekerja di sebuah perusahaan ekspor hewan  hidup. Pada perusahaan tersebut ia  bertugas mengecek jumlah hewan  yang hendak  dikirim ke laur negeri dan juga mengecek kesehatannya. Pekerjaan ini selesai ketika sekolahnya tamat. Selesai  SMA, Kiai Duddin mengikuti langkah kebiasaan keluarganya, yaitu  belajar di Arab Saudi. Pada tahun 1957,  Kiai Duddin menepuh pendidikan di Arab Saudi. di antara gurunya adalah  Syeikh Yasin Padang dan Syeikh Hamid Albanjari. Selain belajar, di Arab Saudi.   Kiai Duddin juga  bekerja di  KBRI Jeddah. Pada saat musim  haji, Kiai Duddin sering mendapat tugas dari KBRI untuk menjadi perwakilan KBRI di Kota Madinah. Kegiatan ini  berlangsung sampai  tahun 1962.
Selepas dari Arab Saudi, Kiai  Duddin  tidak mengikuti langkah yang menjadin tradisi kelaurganya, yaitu  pulang ke Indonesia untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya  dan Arab Saudi dan ikut  mengembangkan Pondok Buntet Pesantren serta meneruska kepemimpinan orang tuanya. Kiai Duddin malah melanjutkan  berkelananya ke Inggris. Pada tahun 1963 Kiai Duddin meneruskan perjalanan ke London Inggris. Di sana ia bekerja pada KBRI  di London di bagian Ekonomi.
Sebagai seorang santri, gairah belajar Kiai Duddin terus membara. Setelah setahun bekerja  di  KBRI London Inggris, Kiai Duddin  meneruskan belajar   di London University dari tingkat  diploma sampai   postgraduate dengan jurusan ekonomi internasional dan sejarah internasional. Masih tetap meras a kurang, Kiai Duddin  meneruskan belajar pada UCL University of North London derngan mengambil jurusan ekonomi perdagangan. Dan di perguruan yang sama, Kiai Duddin mengambil postgraduate pada jurusan ekonomi pembangunan.
Di  Inggris Kiai Duddin  membuat comunitas muslim yang terdiri  dari muslim Pakistan, Muslim Bangladesh, Muslim  India, Muslim  Nepal dan tentunyaMuslim Indonesia dan  orang-orang  Islam dari  negera-negara yang lain. Komunitas ini secara priodik melakukan pertemuan (pengajian) untuk menambah pengetahuan dan membentuk silaturahmi. Kiai duddin  juga meprakarsai pendirian masjid di sana. Selain  itu, sebagai seorang santri, Kiai Duddin memprakarsai bendirinya NU Cabang Istimewa London. Pada lembaga ini, Kiai Duddin menjadi penasehat, sejak  didirikan ssampai sekarang.
Sepeninggalnya Kiai Abdullah Abbas, kakak Kiai Duddin, Pondok Buntet Pesantren meminta Kiai Duddin untuk memimpin Pondok Buntet Pesantren.   Maka  mulai tahun 2007, Kiai Duddin  menjadi sesepuh pondok Buntet Pesantren. Jarak yang jauh, yaitu anatara London Inggris dan Cirebon Indonesia, tidak membuat rintangan baginya  untuk  terus memajukan Pondok Buntet Pesantren.  Dalam  kepemimpinannya, Pondok  Buntet Pesantren kini  menambah fasilaitas layanan pendidikan dan layanan ekonomi. Di Buntet Pesantren telah berdiri SMK Mekanika NU Buntet Pesantren, LKM , yaitu lembaga keuangan yang bergerak pada peminjaman uang dengan bunga ringan. Berdiri juga Toko Buntet Mart yang dibangun dengan missi memberikan layanan dagangan dengan barang yang murah dan berkualitasuntuk santri dan  masyarakat sekaitar. Dibangun juga STIT (Sekolah Tinggi Ilmu  Tarbiyah)  Buntet Pesantren.
Buntet Pesantren dalam  kepemimpinan Kiai Duddin cenderung focus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kiai Duddin  berharap  santri keluaran Pondok Buntet Pesantren,selain  mendapatkan  ilmu agama  Islam, juga memiliki keterampilan  sehingga akan  mandiri  ketika terjun ke masyarakat. Kaia Duddin sangat serius  ketika membicarakan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kiat untuk mensejahterakan  masyarakat, Kiai Duddin pernah melontarkan  idenya yaitu agar masyarakat didorong untuk menabung dengan serius dengan iming-iming ada hadiah atau bonus yang menarik bagi penabung yang telah sampai pada jumlah tertentu, tidak  dengan memberikan bunga.
Kiai Duddin  juga mengingat umat Islam  agar secara seirus membicarakan dan mengupayakan kesejahteraan rakyat lewat pemberdayaan ekonomi, hal itu karena mengingat pentingnya pemenuhan  ekonomi bagi  kesejahteraan  rakyat, juga karena sulitnya pengupayaan kesejahteraan lewat ekonomi. Maka menangani  kesejahteraan  rakyat  ini arus dilakukan  dengan sangat serius. Menurut Mbah Din,  mengatur atau memanage  bidang ekonomi keuangan  adalah merupakan separuh dari masalah kehidupan.
Selamt Jalan…
Kiai Duddin kini telah tiada. Ia  kini akan  meneruskan berkelana menuju Allah SWT. Menuju Sang Kasih  yang selalu memberi  kasih kepada hamba-hamba yang terkasih. Semoga dengan  kasihNya, Allah akan memaafkan segala kesalahannya, dan menerima segala amal salehnya. Semoga Allah memberinya tempat  yang indah. Tempat di  sisiNya. Amieen.