Senin, 07 November 2011

BUNTET PESANTREN GAGAL KENA FITNAH





   Pondok Buntet Pesantren selalu menggelorakan peperangan terhadap penjajah Belanda. Hal itu jelas sekali dilakukan dari zaman Kiai Muqayyim sampai zaman Kiai Abbas. Artinya Buntet Pesantren jelas-jelas merupakan salah satu pesantren tua di Jawa Barat yang ikut serta meletakkan pondasi-pondasi negara ini. Maka siapapun dan apapun yang hendak mengacaukan negara ini pasti berhadapan juga dengan Buntet Pesantren hususnya dan pesantren pada umumnya. Komitmen pesantren terhadap nasionalisme akan selalu tangguh dan tetap, tak lekang dimakan oleh zaman dan keadaan. Membela negara kesatuan republik Indonesia adalah keputusan ahir dan mutlak. Tidak bisa ditawar lagi.
   Tapi komitmen Pondok Buntet Pesantren yang begitu tulus dan telah dibuktikan melalui sejarah perjuangannya,  masih saja ada pihak-pihak yang tidak percaya bahkan hendak memfitnah Buntet Pesantren. Untung Allah SWT menampakkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.
Ketika DI/TII mengadakan pemberontakan dan hendak mendirikan negara di wilayah Negara Republik Indonesia, Buntet Pesanatren termasuk pesantren yang menentang DI/TII dan harus diperangi karena dihukumi Bughat (makar), karena mereka akan mendirikan negara di atas negara yang sah. Namun komitmen Buntet Pesantren tersebut tidak sepenuhnya dipercayai oleh pihak luar. Bahkan sempat ada yang hendak memfitnah Pondok Buntet Pesanatren. Berkat kelincahan dan kepandaian para kiai, Buntet Pesantren menjadi selamat.
   Konon saat itu, menurut Kiai Zaini Dahlan, terdengar di Buntet Pesantren akan ada TNI yang akan melakukan sweeping karena diduga di Buntet Pesanatren banyak anggota DI/TII. Kiai Mustahdi dan  para kiai Buntet Pesantren lainnya menduga bahwa sweeping akan dilakukan oleh TNI yang tidak senang pada Buntet Pesantren. Itu hanya akal-akalan saja. Tapi para kiai bersepakat untuk tidak melakukan tindakan apa-apa. Demikian Kiai Hasyim Anwar menjelaskan kepada para pemuda Buntet Pesanatren.
   Penjelasan ini sengaja diberikan kepada para pemuda mantan tentara Hizbullah, karena menurut perkiraan Kiai Hasyim, agar tidak terjadi apa-apa di Buntet Pesantren perlu para pemuda mantan tentara hizbullah diberitahu untuk tidak melakukan tindakan apa-apa. Selain itu, sebelum subuh para pemuda tersebut sudah harus diungsikan ke luar daerah Buntet Pesantren.
   Maka pada saat sebelum subuh, para pemuda Buntet Pesantren diungsikan ke luar daerah Buntet Pesantren dengan beberapa kendaraan bak terbuka. Namun ternyata ada seorang pemuda mantan tentara Hizbullah yang tidak terangkut, yaitu Zaini Dahlan. Menurut Kiai Zaini Dahlan, dirinya semalaman tidur di masjid, sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Begitupun ketika ia bangun lalu salat subuh, tidak ada yang mengingatkan bahwa dirinya sebagai pemuda Buntet Pesantren harus ke luar dari Buntet Pesantren. Selain itu, diakui oleh Kiai Zaini bahwa dirinya saat itu sangat ngantuk sekali, maka ketika selesai melakukan salat subuh, langsung tidur kembali di masjid.
   Sekira  pukul delapan pagi, Kiai Zaini terbangun dari tidurnya karena dikejutkan oleh suara gaduh di masjid. Ternyata personel TNI yang masuk ke masjid dengan tanpa membuka sepatu dan menendangi beberapa bangku yang biasa untuk membaca alQur’an, bahkan alQur’anpun banyak yang ditendangi dan diinjak-injak. Darah muda Kiai Zaini menggelora. “Kalau saja tidak ingat pesan Kang Asim (Kiai Hasyim Anwar- mantan komandan Hizbullah) pasti sudah saya lawan. Ukuran enam tujuh orang sih pasti bisa”, tutur Kiai Zaini saat bercerita pada penulis. Karena ingat pesan Kiai Hasyim Anwar, ahirnya Kiai Zaini tetap berada di masjid dan pura-pura tidur lelap.
   Selepas dzuhur, setelah situasi kembali seperti biasa dan pemuda Buntet Pesantren juga sudah kembali ke Buntet Pesantren, Kiai Zaini menceritakan kejadian di masjid yang baru saja ia lihat pada Kiai Hasyim. Kiai Zaini pun tak lupa menanyakan kenapa tentara yang jumlahnya hanya beberapa saja tidak boleh dilawan. Padahal mereka sudah kurang ajar. Masuk ke masjid tanpa membuka sepatu, selain itu juga merusak dan menendangi fasilitas masjid.
   Mendapat pertanyaan seperti itu, Kiai Hasyim memohon pengertian Kiai Zaini. “Kita sudah menduga bahwa mereka akan melakukan hal-hal yang membuat kita marah. Karena memang meraka sedang menjebak kita. Bila kita marah dan melakukan suatu tindakan kepada mereka (TNI), mereka pasti akan melaporkan kepada atasannya bahwa  Buntet Pesantren pusatnya DI/TII. Buktinya beberapa porsenel tentara yang sedang sweeping DI/TII di serang”, jelas Kiai Hasyim. “ Nah kalau ini terjadi, pasti Buntet Pesantren akan diserang habis-habisan”, tambah Kiai Hasyim.
Mendengar penjelasan Kiai Hasyim, Kiai Zaini Dahlan menjadi faham dan ia sangat beruntung dapat menahan diri tidak melawan tentara-tentara tersebut. Bila saja melawan, pasti berbahaya akibatanya.
   Kecurigaan pihak luar terhadap Pondok Buntet Pesantren mulai mereda, sejak salah seorang kiai dari Buntet Pesantren yaitu Kiai Mujahid Anwar  (kakak Kiai Hasyim Anwar) meninggal dunia karena baku tembak dengan DI/TII di Sumber Cirebon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar