Selasa, 18 Oktober 2011

KELAS KACA, KONSEP KELAS MASSA DEPAN


Profesionalitas guru akan terus ditunggu oleh masyarakat sejalan dengan dilakukannya program sertifikasi. Walaupun banyak informasi yang mengungkapkan bahwa guru tersertifikasi tidak mempunyai etos kerja yang lebih baik, bahkan boleh jadi lebih menurun, namun profesionalitas guru secara keseluruhan akan terus tetap  menjadi sorotan masyarakat, terutama masyarakat pengguna jasa sekolah. Pembuatan silabus, rencana pengajaran, evaluasi kelas dan banyak lagi aktivitas guru, yang selama ini masih merupakan kegiatan rutin guru yang bersifat rahasia, boleh jadi beberapa tahun kedepan akan menjadi bagian dari sorotan masyarakat.
Profesionalitas guru sekarang ini memang masih diukur dengan instrument yang sangat longgar dan hanya terukur dalam even-even tertentu saja. misalnya administrasi mengajar seperti Silabus, RPP, pemetaan, program semester, akan diperiksa hanya pada saat akreditasi, saat penilaian kinerja kepala sekolah, atau saat kepala sekolah memintanya. Itupun kadang dibuat dengan standar yang sangat rendah, misalnya hanya dengan copy paste.
Kenyataan tersebut memang karena banyak sebab. Ada yang disebabkan karena memang kemampuannya dalam membuat perangkat tersebut masih kurang, bisa juga karena motivasi yang kurang (malas) disebabkan karena sekolah tidak memberikan penghargaan atas kinerjanya, atau bisa juga karena selama ini memang tanpa administrasi ia aman-aman saja, tak menemui kendala apapun baik dalam mengajar maupun dalam evaluasi kinerjanya.
Selain itu, zaman dulu masih ada guru yanag membuat penilaian hanya melihat dari hasil ulangan semester saja, adalagi yang memberikan nilai hanya dari prilakunya saja. Nilai masih menjadi otoritas guru. Siswa tidak diberi peluang sedikitpun untuk menawar nilai. Ada juga yang memberikan penilaian dengan tanpa criteria penilaian yang jelas, atau menilai berdasarkan prinsip “suka dan tidak suka”. Bahkan masih banyak guru yang tidak mampu menunjukkan kekurangan siswa pada nilai apa ketika siswa menpertanyakan mengapa nilanya  kecil. Begitu kuasanya guru terhadap siswa, maka tak aneh jika ada orang tua mempertanyakan bagaimana cara mengajarnya sehingga anaknya bernilai kecil, reaksi guru adalah marah-marah, karena cara mengajar adalah hal yang sangat pribadi dan sepenuhnya hanya boleh dinilai oleh kalangan sendiri.

Pengertian Kelas Kaca
Alasan-alasan dan persoalan-persoalan tersebut di atas, boleh jadi beberapa tahun kedepan akan menjadi bumerang yang sangat berat bagi guru. Sejalan dengan kesadaran  masyarakat bahwa uang yang diberikan oleh pemerintah pada sekolah adalah pada dasarnya uang rakyat, yang diperoleh melalui pembayaran pajak misalnya, maka masyarakat sebagai pembayar pajak akan menuntut layanan yang baik dan benar dalam proses belajar mengajar. Maka jangan aneh, bila zaman dahulu mempunyai anggapan ruang kelas adalah ruang privat bagi guru, akan berubah menjadi ruang terbuka yang dapat diakses oleh orang tua. Itulah yang dimaksud ruang Kelas Kaca.
Ruang kelas kaca adalah ruang transparan yang memungkinkan orang tua murid dapat melihat bagaimana seorang guru mengajar dan bagaimana anak mereka diperlakukan oleh guru serta respon anak mereka terhadap pelajaran yang sedang dipelajarinya. Maka ruang kelas kaca bukan lagi kelas yang diikuti oleh guru dan murid, tapi juga dikuti oleh orang tua siswa bahkan boleh juga oleh stekholder lainnya, seperti dari pengawas pendidikan atau tim penilai.
Ruang kelas kaca merupakan bukti profesionalitas guru. Karena guru adalah ujung tombak yanag langsung menyentuh siswa sebagai pengguna jasa pendidikan. Maka bisa jadi layanan guru akan menjadi salah satu cermin utama apakah sekolah telah memberikan layanan optimal atau tidak. Dampaknya, kwalitas layanan guru bisa jadi akan selalu dikaitkan dengan jumlah keuangan yang mereka (orang tua) siswa keluarkan untuk sekolah. Layanan guru akan menjadi lahan kritik yang paling pertama sekaligus akan menjadi bahan promosi yang paling ampuh.
Seluruh kebijakan sekolah, baik program maupun keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, kwalitas realisasinya akan ditentukan oleh layanan guru dalam kelas. Artinya ruang kelas bukan hanya berubah menjadi ruang public, tapi juga penilaian segala bentuk kinerja guru akan menjadi penilaian masyarakat. Tentu hal ini merupakan perubahan yang sangat besar. Rencana pengajaran, teknik evaluasi, materi, model pembelajaran, dan kreativitas guru di ruang kelas yang semula hanya dapat dilihat oleh kalangan sendiri, atau malah hanya oleh guru itu sendiri, beberapa tahun kedepan boleh jadi akan menjadi ruang terbuka yang dapat dinilai oleh siapapun.
Oleh karenanya, guru harus mau membuka diri untuk menerima saran-saran. Karena, bisa jadi orang tua yang merasa tidak tepat dalam memberikan layanan terhadap anaknya akan mengusulkan berbagai teknik, model atau malah menginginkan agar gurunya yang diganti. Kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa saja terjadi dan harus siap dihadapi oleh guru bila ruang kelas kaca menjadi bagian dari budaya sekolah.
Yang paling mendesak adalah perlunya budaya siap berubah dari guru. Karena masih banyak guru yang sangat susah untuk berubah walupun dengan berbagai pelatihan dan seminarpun.  Beberapa ciri dari guru yang tidak siap berubah adalah di antaranya: tidak mau repot atau susah-susah, toh gajinya sama saja antara yang mengajar dengan baik dengan yang mengajar tidak baik, begitu alasannya. Selain itu, ciri lain guru yang susah berubah adalah ia  mersa paling baik dan paling benar dalam mengajar. Tipe guru ini biasanya sering menceritakan berbagai keberhasilan tapi tidak siap menerima kritik. Menyangka guru lain tidak sebaik dirinya. Dua sikap guru itulah yang sangat susah berubah.

Pembiasaan Supervisi Kepala Sekolah
Untuk menghadapi kelas kaca, maka kwalitas dan profesionalitas guru harus mulai ditata dan dikembangkan, guru harus mulai dengan budaya menerima kritik dan terbuka. Terbiasa meminta guru lain untuk menilai cara mengajarnya. Harus dipenuhi administrasi pengajaran dengan baik. Alasan apapun yang berakibat pada tidak primanya  layanan pada pendidikan akan tidak diterima oleh masyarakat sebagai penilai langsung kinerja guru dalam kelas kaca. Dan hal lain yang penting lagi adalah program supervisi kepala sekolah terhadap guru-guru perlu dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.
Selam ini dibeberapa sekolah, supervisi kepala sekolah tidak dapat dilaksanakan, kalaupun ada terkesan hanya formalitas. Alasannya bermacam-macam. Ada kepala sekolah yang mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa guru-guru sudah baik mengajarnya, maka tidak perlu disupervisi. Ada yang berlasan dengan sedikit mengungkapkan rasa empatinya bahwa dirinyapun kalau diawasi tidak enak, maka ia tahu betul yang diinginkan oleh guru, maka ia tidak melakukan supervisi kelas. Tapi ada juga yang memang tidak mampu melakukan supervisi.
Tanpa mengecilkan peran kepala sekolah dalam peran supervisi informal lainnya, kiranya sekarang ini sudah saatnya kepala sekolah “tega” masuk ke kelas dan memberikan supervisi. Evaluasi menuju perbaikan yang terus menerus tanpa henti harus sudah menjadi budaya sekolah. Semua itu dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dalam rangka memberikan layanan optimal pada pengguna jasa pendidikan
Supervisi kepala sekolah ke kelas, sangat membantu kesiapan guru dalam menghadapi ruang kelas kaca. Dengan supervisi kepala sekolah, paling tidak guru mendapatkan beberapa manfaat dari kegiatan tersebut, diantaranya: pertama, guru terbiasa diawasi, dinilai dan diberi masukan oleh orang lain. Hal ini sangat penting untuk mengubah budaya “merasa paling benar”. Kedua, guru akan mampu berdiskusi dengan baik untuk menyelesaikan suatu masalah dan berpola fikir tidak mencari alasan untuk membenarkan apa yang ia lakukan tapi berfikir mencari hal yang terbaik yang dapat dilakukan oleh guru. Ketiga, guru akan membudayakan perbaakan cara kerja yang terus menerus tanpa henti. Budaya ini sangat membantu untuk membentuk sikap profesional guru.
Keberanian Memulai
Program ruang kelas kaca memang sangat ideal, apalagi disertai juga ruang diskusi, sehinga setelah proses belajar mengajar dimulai, orang tua murid, guru dan kepala sekolah dapat berdiskusi untuk membicarakan hal-hal yang perlu diperbaikan dan dipertahankan dalam pengajaran. Namun yang paling penting adalah keberanian sekolah untuk membuka kelas kaca.
Kelas kaca akan menjadi barang baru bagi sekolah tapi sekaligus tantangan yang menyehatkan. Bagi sekolah yang merasa sudah baik dengan akreditasi memuaskan, dan dengan standar yang baik pula, perlu memulai membuka kelas kaca. Sejauh mana layanannya akan terukur di kelas kaca. Apa yang digembor-gemborkannya akan dibuktikan di ruang kelas kaca. Ruang yang akan menjadi bagian penilain yang langsung dilihat oleh masyarakat. Ruang yang mewakili nyali orang-orang yang ada di lembaga tersebut. Nyali untuk dinilai oleh masyarakat, itulah nyali guru professional.
·         Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 6 Kota Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar